Sabtu, 26 November 2016

Agar Syahadat Seorang Muslim Diterima Allah SWT

Setiap muslim, pasti tahu dan hapal lafadz syahadatnya. Bila ia lupa, hendaklah bersegera memperbaiki syahadatnya, karena syahadat adalah pembeda yang jelas apakah seseorang termasuk muslim atau kafir.
Syahadatain (dua kalimat syahadat) yang sudah kita ikrarkan pada dasarnya bukan sekedar sebuah ibadah lisan. Syahadatain ternyata mencakup sikap dan perbuatan, karena syahadatain menuntut kita untuk beramal dan bersikap sesuai dengan tuntutan syahadatain.

Agar syahadatain kita diterima dan mendapatkan janji yang telah Allah berikan, hendaknya kita memenuhi beberapa syarat yang wajib kita penuhi sebagai konsekuensi seorang muslim yang mengikrarkan syahadatain. Ada 7 (tujuh) Syarat-syarat untuk diterima syahadatain kita, yaitu :

1. Ilmu 
Ketika kita mengucapkan ikrar syahadat, selayaknya kita harus memiliki pengetahuan tentangnya. Kita wajib memahami arti dua kalimat itu serta bersedia menerima konsekuensinya. Sementara orang yang jahil, tidak akan mungkin bisa mengamalkannya.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Illah (sesembahan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat kamu  berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Qs. 47 : 19)
2. Keyakinan
Ketika kita bersyahadat, kita harus meyakini ucapan itu sebagai sesuatu yang kita imani dengan sepenuh hati tanpa keraguan. Karena keyakinan itu akan membawa kita pada sikap istiqomah dan mendorong kita untuk memenuhi konsekuensinya.Sementara keraguan hanya akan menimbulkan kemunafikan dalam diri kita. Iman yang benar adalah iman yang tidak bercampur dengan keraguan sedikitpun tentang Tauhidullah / Keesaan Allah swt.
“Sesungguhnya orang beriman itu hanyalah orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjuang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Qs. 49 : 15)
Iman akan Tauhidullah ini penting sekali karena akan menjadikan diri kita selalu terpimpin dalam hidayah. Hal itu sebagaimana janji Allah dalam Qs. 32 : 24 ,”Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Adalah (karena) mereka meyakini ayat-ayat kami."
3. Keikhlasan
Agar syahadatain kita lurus dan diterima oleh Allah swt, kita harus mengiringinya dengan niat yang ikhlas. Semata-mata karena Allah swt. Ikhlas dalam syahadatain merupakan dasar yang paling penting. Karena syahadatain adalah salah satu bentuk ibadah, maka pengikrarannya pun harus dilakukan dengan ikhlas.
Bentuk-bentuk keikhlaskan yang utama adalah memurnikan ketaatan dan kepatuhan hanya kepada Allah swt. “Sesungguhnya, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi sebelummu),”Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. 39 : 65)
“.....Siapa saja yang berharap perjumpaan dengan Tuhannya. Hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan dengan sesuatu apap pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Qs. 18 : 110).
4. Kejujuran
Saat kita mengikrarkan syahadatain, kita wajib membenarkan syahadatain itu secara jujur tanpa dicampuri sedikitpun oleh dusta. Kejujuran menumbuhkan ketaatan dan amanah, sedangkan dusta menumbuhkan kemaksiatan. Jujur merupakan salah satu tanda orang-orang yang bertakwa.
“Diantara orang-orang mukmin itu ada yang menepati janji yang telah mereka ucapkan kepada Allah. Diantara mereka ada yang gugur serta ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah janjinya. Semua itu agar Allah memberi balasan kepada orang-orang yang jujur itu karena kebenarannya dan menyiksa orang munafik, jika dikehendakiNYA, atau menerima taubat mereka. Sesunggunya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. 33:23-24)
5. Rasa Cinta
Cinta adalah rasa suka yang melapangkan dada. Cinta adalah ruhnya ibadah, sedangkan syahadatain adalah ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta itu, segala beban akan terasa ringan sehingga tuntutan syahadatain dapat dilaksanakan dengan mudah. Rasa cinta yang penuh kepada Allah SWT merupakan sifat utama orang beriman.
“Diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya seperti mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, amat sangat cintanya kepada Allah. Seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaanNNYA. (Niscaya mereka (orang-orang zalim itu) akan menyesal).” (Qs. 2 : 165)
6. Penerimaan Tulus
Semua muslim, mutlak harus menerima nilai serta kandungan syahadatain. Tidak boleh ada rasa berat dan keterpaksaan sedikitpun. Bagi muslim sejati, tidak ada pilihan lain kecuali kitabullah dan sunnah rosulnya. Seorang muslim yang benar, ia senantiasa siap mendengar, tunduk, patuh dan taat kepada perintah Allah swt dan rasulNYA saw.
Semua mukmin adalah mereka yang ber-tahkim (berhukum) kepada Rosulullah saw dalam seluruh persoalannya, lalu menerima secara total keputusannya tanpa ragu-ragu sedikitpun.
“Demi Tuhanmu! (Pada hakekatnya) mereka belum beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim atas perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasakan suatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan serta mereka menerima dengan sepenuh hati.” (Qs. 4 : 65)
7. Amal Nyata
Syahadatain hanya dapat dilaksanakan jika diwujudkan dalam amal yang nyata. Oleh karena itu, setiap muslim yang bersyahadat harus selalu siap melaksanakan ajaran Islam sebagai wujud aplikasinya.
“Siapa saja yang mengerjakan amal saleh, laki-laki atau perempuan, dalam keadaan beriman, sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari amal saleh yang telah mereka kerjakan.”  (Qs, 16 : 97)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular

Recent

Comments